Tampilkan postingan dengan label money. Tampilkan semua postingan

Tips Lebaran Hemat Saat Pandemi

Tidak ada komentar


Lebaran sebentar lagi. Tinggal menghitung hari. Tapi suasananya sungguh berbeda. Sepi. Gak seperti di kampung halaman. Biasanya orang-orang sudah pada heboh bersihin rumah. Menghias halaman rumah menjadi meriah.


Memang gak banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah pandemi ini. Apalagi musim mudik seperti sekarang ini. Bandara tiba-tiba penuh, jalan-jalan juga macet. Duh, gemes banget lihatnya. Aturan pemerintah seperti angin lalu.

Memang efek domino dari pandemi virus covid-19 ini cukup panjang. Saat pemerintah menerapkan PSBB, masyarakat belum siap akan dampak ekonominya. Apalagi yang bekerja sebagai buruh harian. Kalau tak keluar tiap hari, siapa yang bakal menanggung kebutuhan hidupnya.

Nah, saat situasi pandemic seperti saat ini, menjalankan pola hidup hemat adalah koentji. Baik untuk sehari-hari maupun persiapan lebaran.

Momen merayakan lebaran biasanya membutuhkan dana tersendiri. Salah satunya ya mudik ke kampung halaman. Selain itu, printilan lebaran seperti baju, kue, dan oleh-oleh musti direncanakan jauh-jauh hari.

Saat pandemi virus covid-19 menyerang, saya sekeluarga memutuskan untuk tidak pulang kampung. Sebagai ikhtiar sehat untuk seluruh anggota keluarga. Jadi, ada beberapa pos yang biasa dikeluarkan saat lebaran, kini bisa dsimpan untuk keperluan lain.

Apa saja yang bisa dihemat saat lebaran di tengah pandemi covid-19?

1. Biaya mudik

Tidak bisa dipungkiri, mudik ke kampung halaman membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya transportasi, konsumsi, dan printilan lain yang musti dianggarkan jauh-jauh hari.


Nah, saat pandemi seperti saat ini, kami memutuskan untuk tidak mudik lebaran. Ikhtiar untuk menjaga kesehatan keluarga yang ada di sana. Jadi, alokasi dana mudik, bisa ditabung untuk keperluan mendadak. Maklum, kondisi ekonomi saat pandemi ini tidak bisa diprediksi. Sedia payung, sebelum hujan.

2. Angpao

Tiap tahun, tradisi keluarga besar selalu memberikan angpao kepada anak-anak. Kami biasanya mengalokasikan dana tersendiri untuk ini. Momen lebaran yang ditunggu anak-anak salah satunya ya ini. Mendapat angpao dengan amplop lucu-lucu dari kerabat atau tetangga dekat.

Dana untuk ini, bisa disimpan untuk keperluan lain.

3. Kue lebaran

Sebenarnya kami tidak pernah membeli kue lebaran. Ibuk sudah menyediakan kue lebaran di rumahnya. Biasanya saat pulang kampung, kami membeli oleh-oleh untuk keluarga dirumah. Nah, kue ini nantinya juga bakal disajikan untuk tamu.

Sumber: Freepik
Tapi, karena kami gak pulang kampung, saya jadi beli kue lebaran. Buat di makan sendiri hehehe. Biar dirumah berasa lebaran aja gitu. Belinya juga gak banyak. Pilih yang anak-anak suka. Alokasi kue lebaran ini bisa diambil dari dana angpao.

4. Baju lebaran

Tahun lalu, saya membuat baju lebaran dua anak saya dengan kain sarung milik ayahnya. Satu lembar kain sarung, bisa untuk 2 model baju. Si mas Zafran saya bikinkan sarung instan. sedangkan adiknya pakai gamis dengan kombinasi warna sebagai atasannya.


Biasanya memang ada alokasi dana khusus untuk urusan baju baru. Anak-anak sih yang paling banyak. Maklum, ibuknya suka gemes kalau lihat baju lucu-lucu.

Tahun ini, Inara sudah dibelikan baju lebaran sama utinya. Tinggal mas Zafran yang belum. Sedangkan saya dan ayahnya, bisa pakai baju lama. Toh kita gak akan kemana-mana kan.

Yup itu tadi pos-pos dana yang bisa dihemat saat lebaran di tengah pandemi. Sebenarnya godaan terbesar adalah pos makanan. Sering lapar mata kalau sudah buka puasa atau lihat diskon kuliner. Tapi masih bisa dikontrol dengan masak sendiri di rumah.

Oke, itu tadi beberapa cara menghemat dana lebaran disaat pandemi. Kalau kamu, punya tips lain?





Management amplop ala IRT

10 komentar
manajemen amplop. gif by canva
Mengelola keuangan rumah tangga itu butuh ilmu. Latihannya, seumur hidup. Ujiannya bisa kapanpun. Kadang, bongkar pasang teori. Nyesuain tips-tips keuangan ala mastah sama kondisi diri sendiri. Kalau gak pas ya bongkar ulang. Paling gak, begitu selama ini saya terapkan. Gak ngoyo harus begini harus begitu. Mulai gak pusing juga sama pakem 40, 30, 20, 10. 40% kebutuhan hidup, 30% cicilan, 20% dana darurat dan investasi, 10% kebaikan. 

Kenapa? soalnya, tiap orang punya kondisi berbeda. Baik penghasilan, lingkungan, dan tentu gaya hidupnya. Tak bisa dipaksa sama. Angka-angka tadi cukup dibikin acuan saja. Jika ada tanda-tanda keluar jalur, berarti ada yang harus dibenahi. 

Baca juga: Membangun Habit Investasi 

Sayapun, masih suka bongkar pasang untuk besaran kebutuhan. Apalagi makin lama, kebutuhan berubah dan bertambah. Seperti anak sekolah, si adik mulai toilet training, biaya setrika baju dll. Tapi satu hal yang saya pelajari dari pengelolaan keuangan selama ini. Disiplin. Mulai dari disiplin mencatat, disiplin mengalokasikan anggaran, dan disiplin untuk tetap konsisten melakukannya.

Manajemen amplop ini adalah pengalaman pribadi saya. Sudah saya lakukan kurleb 4 tahunan ini. Hasilnya, bagus untuk melatih disiplin dan mengubah mindset keuangan saya. Dan terpenting, saya enjoy melakukannya. 


Saat ini, mungkin sudah banyak aplikasi ‘berbasis’ amplop. Alokasi dana masuk bisa langsung dibagi-bagi sesuai kebutuhan via klik. Tapi, mungkin saya masih menganut sistem tradisional. Saya lebih nyaman melihat uang di dalam amplop, daripada melihat angka di layar gawai. Nafsu saya lebih terkontrol untuk tidak beli ina inu, saat melihat duit fisik menipis. Beda banget kalau lihat angka. Kayaknya tangan gatel buat top up hahaha.

Tapi, ada juga uang bulanan di atm. Biasanya, untuk keperluan bayar cicilan dan tagihan bulanan. Kenapa? karena lebih mudah dan murah bayar tagihan bulanan via marketplace. Dapet cashback pula. Sisanya, untuk kebutuhan belanja bulanan. Seperti makan, transport kerja suami dan biaya sekolah anak. Karena saya belanja di pasar, bukan mini market. Biaya sekolah anak juga pake buku spp. Semua saya masukkan amplop dengan rincian detail seperti ini:

1. Belanja makan

Untuk belanja makan, saya kelompokkan per minggu. Bukan per bulan. Menurut saya ini lebih hemat, dan bisa mengontrol belanja mingguan. Saya juga lebih memilih belanja mingguan untuk ke pasar. Karena tak sanggup belanja bulanan. Biasanya, bakal bingung masak apa saking banyaknya belanjaan di kulkas. Atau, bahan baku malah banyak yang rusak karena kelamaan di kulkas. So, belanja mingguan lebih pas di saya.
Manajemen amplop. gif by: canva
Amplopnya saya bagi jadi 4. Minggu 1, minggu 2, minggu 3, dan minggu 4. Ini khusus untuk belanja makanan sehari-hari. Untuk camilan anak, beda lagi. Karena kalau masuk, di 4 amplop itu, bisa bocor semua.

2. Biaya transport kerja suami

Ini saya masukkan amplop transport kerja. Biayanya bisa dihitung dari kebutuhan bensin dan makan siang. Karena suami saya kerja di EO dengan jadwal kerja ‘amburadul’. Kita sepakat untuk menambahkan biaya lain-lain. Seperti makan malem kalau pas lembur, pengen beli camilan fancy (gorengan), atau beli parfum.

3. Uang pendidikan

Biaya seperti SPP dan nabung sekolah. kalau saya ada dua. Karena Zafran sekolah plus ngaji sore. Jadi biaya SPP dan nabung untuk sekolah dan biaya jariyah plus nabung untuk ngaji sore. Jika ada keperluan lain-lain seperti iuran kegiatan mendadak di sekolahan, biasanya saya ambilkan dari uang tabungan. Jadi gak masuk itungan per bulan.

4. Belanja kebutuhan dapur

Seperti gas dan galon. Ini biasanya yang bikin bocor. Dulu, saya gak hitung ini rinci, kebobolan sudah. Sekarang saya sisihkan sendiri. Oiya, ada juga buat air untuk masak. saya beli air khusus untuk masak. karena air pdam gak sreg buat di masak. sedangkan air pompa keruh dan berwarna.
Oiya, ada juga sabun mandi, sabun cuci, minyak, beras, pembersih kamar mandi, pembalut, masuk di amplop ini.

5. Biaya Silaturahmi

Ini sengaja saya sisihkan untuk keperluan 'jalan-jalan'. Kadang jalan-jalan beneran, kadang sekalian jalan-jalan. 


Seperti nikahan temen, jenguk bayi, tetangga sakit atau ultah temen anak. Kenapa gak dikasih nama dana tak terduga? Biar saya mikirnya, bulan depan kita jalan-jalan. Padahal belum tentu juga hahaha. Suka-suka sih, pakai cara yang bisa membangkitkan ghiroh menyisihkan cuan, sekecil apapun. Nama menentukan mindset J

6. Tabungan dan investasi

Sebaiknya, masukkan ini di tabungan yang berbeda dari gaji. Bikin tabungan baru. Langsung masukkan setelah gajian, biar gak gatel buat make. Lebih baik lagi kalau auto debet. Ini sebenernya buat warning saya juga. Masih belum bisa intens menyisihkan. Karena satu dan lain hal. Tabungan ini untuk dana pendidikan dan dana darurat.

Ada juga yang menyisihkan tabungan dan investasi ini di belakang. Artinya, saat semua dana dibagi ke pos masing-masing, dan masih ada sisa, maka masukkan ke amplp ini. beda-beda sih tiap orang. Sesuaikan saja dengan kemampuan.

7. Sedekah

Jangan lupakan ini. Kalau perlu rinci. Uang sedekah hari jumat saat jumatan. Uang kaleng untuk pembanguanan masjid kompleks, dll. Silakan disesuaikan. Semoga bisa bermanfaat untuk sesama.

Yup itu rincian amplop yang saya bagi tiap bulan. Buibu bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi masing-masing. Yang pasti, berapapun penghasilannya, uang akan tetap habis. Jika tidak dikelola dengan baik. Cukup gak cukup itu bukan soal nominal. Tapi cara mengatur cuan itu, biar segala kebutuhan bisa terpenuhi. 

Ada yang punya tips manajemen keuangan lain? Sharing di kolom komentar ya… J

pentingnya asuransi jiwa untuk masa depan keluarga

2 komentar

Pagi itu, Bapak meninggal. Tak ada firasat apapun. 
"Pulango, Bapak kangen" begitu suara di ujung telepon
"Iya" dan telepon ditutup tanpa ada keterangan apapun
Di perjalanan, rasanya campur aduk. Jember-Tulungagung, 8 jam perjalanan. Sampai dirumah, Bapak sudah dimakamkan. Badan rasanya lemas tak bertulang. 

Saat itu saya masih semester 4 di salah satu perguruan tinggi di Jember. Adik saya, baru menginjak semester satu. Dua sisanya masih SD dan balita. Shock, pasti. Meskipun saya tahu Bapak mungkin gak bertahan lama dengan diagnosis kanker otak stadium 4. Setahun berjuang, akhirnya Allah lebih sayang.

Sepeninggal Bapak, ekonomi keluarga kocar kacir. Memang Bapak bukan satu satunya pencari nafkah saat itu. Tapi, selama ini income terbesar ya dari Bapak. Ibu saya juga bekerja. Sebagai guru TK sebuah yayasan. Bapak, wiraswasta di bidang konveksi. Selama sakit, praktis Ibu tak bekerja. Mengandalkan tabungan dan beberapa aset tanah hasil usaha. Habis. Uang tabungan tak tersisa.

Ibu saya meneruskan usaha konveksi Bapak. Bedanya, kalau dulu produksi sendiri, sekarang jadi buruh konveksi. Ambil potongan kain dari juragan konveksi, lalu disebar ke penjahit yang masih tersisa. Kalau ingat masa itu, gila. Ibu saya memang punya tenaga kuda.

Adik saya hampir putus kuliah. Saya?! kuliah nyambi kerja. Dari jadi sales promotion girl, guru les privat, sampai ikut proyek dosen. Lumayan, bisa buat bertahan hidup plus dikit-dikit bantu biaya adik kuliah. Alhamdulillah saya dapat beasiswa. Meskipun tak banyak, tapi sangat membantu. Paling gak, saya bisa menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Kuliah.

Selepas kuliah, saya bekerja di salah satu stasiun tv swasta di Surabaya. Singkat cerita, setelah menikah dan memiliki anak, saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Praktis, semua biaya ditanggung suami. Berkaca dari kejadian di atas, saya mulai belajar mengatur keuangan rumah tangga. Salah satunya dengan menyisihkan sebagian income untuk asuransi jiwa.

Andai saja, dulu bapak sudah kenal asuransi jiwa, mungkin bisa beda cerita. Tapi, ini sungguh pengalaman berharga buat saya. Menyiapkan asuransi jiwa untuk mengalihkan resiko. Plan unplan.

Sayapun mulai belajar serius tentang asuransi. Karena sampai saat ini bahkan masih beredar mitos tentang asuransi jiwa. Seperti, memiliki asuransi jiwa seperti membuang uang percuma. Terus, budaya masyarakat Indonesia juga masih punya pegaruh kuat terhadap keputusan memiliki asuransi jiwa. Apalagi di pedesaan. Misalnya, jika ada orang yang meninggal, maka, seluruh tetangga dan handai taulan akan bergotong royong membantu. Ini berlaku sebaliknya. Jika ada orang lain yang meninggal, praktik ‘balas budi’ masih sering ditemui. Bahkan, di Bali, upacara Ngaben, masyarakat punya sistem sendiri untuk membiayai. Selain itu, tingkat literasi masyarakat Indonesia tentang keuangan juga cukup rendah.

Tiga alasan ini cukup kuat mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap asuransi jiwa. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, bahkan mencatat penetrasi industry asuransi hingga akhir kuartal III-2016 baru 2.63%. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi 4 di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

Padahal, asuransi jiwa ini sangat penting. Apalagi kalau sudah bekerja, dan memiliki tanggungan. Asuransi jiwa punya pengaruh terhadap kesejahteraan hidup anak-anak dan istri yang ditinggalkan, jika terjadi resiko kematian. Kondisi ini tidak hanya berdampak secara psikologis karena kehilangan orang yang dicintai, tapi juga bisa mengakibatkan kerugian finansial. Dana pendidikan untuk anak-anak yang ditinggalkan bisa kocar kacir. Belum lagi, kebutuhan sehari hari seperti makan dan tagihan bulanan.

Saya tak mau itu terjadi pada saya dan anak-anak. Meskipun saat ini saya juga bekerja dari rumah dengan bisnis baju online shop. Tapi tetap, income terbesar dari suami saya. Jadi, suami musti punya asuransi jiwa. Tentu produk asuransi jiwa yang terpercaya dan memiliki track record terbaik.



PT Asuransi Jiwa Sequis Life (Sequis Life) bisa menjadi pilihan tepat. Asuransi jiwa ini memiliki 4 pilihan produk antara lain:

1. Whole Life
Asuransi Whole Life memberikan perlindungan seumur hidup. Seumur hidup disini maksudnya sampai usia 100 tahun.  

2. Endowment
Asuransi ini disebut juga asuransi Dwiguna. Karena memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai asuransi jiwa. Kedua, sebagai tabungan.

3. Term Life
Asuransi Term Life termasuk asuransi jiwa berjangka. Untuk level term life, artinya perlindungan yang diberikan punya jangka waktu tertentu. Mulai dari 5-20 tahun.

4. Accident & TDP (Total Permanent Dissability)
Asuransi jenis ini memberikan perlindungan jika terjadi kecelakaan, baik meninggal atau cacat tetap.

Keempat jenis asuransi ini memiliki produk asuransi lagi. Bisa dilihat di infografis berikut ini.


Lalu, mana produk asuransi Jiwa dari Sequis Life yang dipilih?. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk memilih jenis asuransi jiwa dari Sequis Life. Pertimbangan ini sebenarnya juga bisa dipakai untuk memilih asuransi jenis lain. Seperti asuransi kesehatan atau pendidikan. Pada prinsipnya ada tiga. Apa saja?! Tuh, ada di infografis di bawah ini :-)

Kenapa ketiganya berpengaruh pada pilihan produk asuransi jiwa atau asuransi lainnya? begini critanya. 

1. Usia 

Usia ini sangat berpengaruh pada produk yang akan dipilih. Karena jangka waktu pertanggungan dihitung dari saat usia mendaftar. Menurut saya, semakin cepat makin baik, karena semakin muda usia, premi yang dibayarkan lebih murah. Ditambah lagi, belum banyak tanggungan yang menjadi beban cashflow. Jadi, biaya premi masih ringan.

2. Besaran Premi

Tiap produk memiliki setoran premi asuransi yang berbeda. Tentunya, harus disesuaikan dengan kemampuan kita. Jangan sampai merusak cashflow bulanan. Pilih yang sesuai dengan kemampuan kita membayar. Ingat, semakin muda merencanakan, semakin ringan biaya.

3. Jenis Pekerjaan

Beda pekerjaan, tentu beda resikonya. Misalnya, pekerja lapangan biasanya memiliki tingkat resiko lebih tinggi dari pekerja kantoran. Jadi, sesuaikan resiko kerja dengan pilihan asuransi jiwa yang sesuai ya.

“Terus, kenapa memilih Sequis Life?” netizen terus bertanya. Saya dengan senang hati menjawab.  


Begini penjelasanya :

1. Terpercaya

Sequis life terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Nomor Izin Usaha Kep-106/KM.13/1992. OJK ini adalah lembaga pengawas industri jasa keuangan terpercaya. Jadi, lembaga yang telah terdaftar di OJK mendapat pengawasan, pengaturan dan perlindungan langsung dari OJK. Tentu untuk kenyamanan dan keamanan konsumen dan massyarakat.

Sequis life juga memiliki asset sebesar Rp. 18,4 trilliun, lebih dari 410.000 jumlah polis serta didukung lebih dari 15.000 tenaga pemasaran professional. Hal ini bisa menjadi bukti kepercayaan masyarakat untuk pengelolaan keuangan bersama Sequis Life.

2. Rekanan Rumah Sakit

Sequis Life memiliki 2252 rekanan rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu juga ada rekanan rumah sakit yang ada di Malaysia dan Singapura. Untuk mengetahui detail lokasi rumah sakit yang terdekat, kalian bisa menggunakan tombol search lokasi rumah sakit rekanan yang tersedia di web Sequis Life. Mudah bukan.

3. Penghargaan

Sequis Life telah mengatongi 22 penghargaan untuk Sequiz Life dan 5 penghargaan untuk Sequis Finance. Terbaru, Sequis Life meraih predikat “Asuransi Nasional Terbaik 2019” kategori Asuransi Jiwa Aset di atas Rp. 10-25 trilliun versi Majalah Investor. Ini menjadi bukti, bahwa produk Sequis Life sudah mendapat kepercayaan nasabah lewat produk-produk yang dimiliki. Keren.

4. Proses klaim mudah

Selain melalui agen, proses klaim Sequis Life bisa menggunakan e-Claim. Menurut web resmi Sequis Life, Fasilitas ini digunakan untuk klaim kesehatan dengan menggunakan media elektronik. Seperti e-mail, WhatsApp dan Line. Caranya sangat mudah, hanya dengan mengirimkan foto dokumen klaim melalui media elektronik tersebut atau email resmi Sequis Life.

Kesadaran untuk menata hidup lebih baik musti diusahakan. Tidak ada yang tahu, apa yang akan terjadi besok, lusa, atau setahun kedepan. Persiapankan dengan matang, meskipun, saya jelas tak tahu kapan musibah datang. Yang pasti, siap hari ini, akan membawa dampak signifikan untuk sesuatu diluar kendali pikiran. 

Asuransi jiwa menjadi kebutuhan wajib perencanaan keuangan. Kematian Bapak dan segala drama setelahnya membuat saya belajar banyak. Jika sudah sedia payung, kapanpun hujan datang, tak akan basah kuyup kedinginan. Memulai sejak dini, mempermudah perencanaan keuangan hingga 100 tahun kedepan. Squis Life, For Better Tomorrow.



Menyiapkan dana pendidikan

10 komentar


Tahun depan anak sulung sudah mulai masuk sekolah dasar. Tinggal 10 bulan lagi kira-kira hari aktif untuk menyelesaikan jenjang TK B. cepet banget rasanya. Kayaknya baru kemarin drama sapih menyapih. Adiknya, Inara, kira-kira 3 tahun lagi masuk TK. Time flies sooooooo fast.

Ngobrol soal dana pendidikan gak ada habisnya sama suami. Ini masih ngomong dana, belum sekolah mana yang dituju. Tapi untuk dana pendidikan, memang saya dan suami sudah komit untuk di prioritaskan. Jadi, uang tabungan dana pendidikan buat mas Zafran ini memang sudah disiapkan. Adiknya yang belum mulai hiks.. Masalahnya, kita belum ngitung detail berapa habisnya biaya pendidikan anak ini. Paling gak selama setahun kedepan. Bayangan saya, dana pendidikan berkutat di masalah uang gedung, SPP, daftar ulang, atau printilan wajib di sekolah. Ternyata, tak sesederhana itu.

Nah, minggu lalu, akun financial planner @jouska_id lagi membahas tentang education fund di IGTV. Dipandu oleh mbak Indah dan mas Rolland, advicer Jouska. Bagi yang belum tahu apa Jouska, bisa kepoin IGnya. Baca highlightnya satu-satu. Dijamin, hidup yang selama ini berasa baik-baik saja, ternyata ‘amburadul’ hahaha.

Meski tergolong terlambat untuk mengupas ini satu-satu, tapi better late than never lah ya. Kita lagi belajar jadi orang tua yang bener ini hihihi. Menurut mbak Indah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan memulai menyisihkan uang untuk dana pendidikan anak.

1. Waktu

Kapan memulai merencanakan dana pendidikan?! Mbak Indah menjelaskan, maksimal saat anak ada. Ini agar kita tahu time frame untuk menghitung berapa dana yang perlu disisihkan dari casflow bulanan. Atau bisa juga disiapkan sebelum punya anak, ini lebih baik, karena belum terbebani dengan biaya lain.

2. Hitung

Menurut mbak Indah, kita harus tahu persis berapa kebutuhan dana pendidikan. Inilah perlunya mengetahui time frame. Lebih cepat lebih baik. Biar nabung per bulannya gak memberatkan cash flow. Dana pendidikan ini tidak hanya dihitung dari kalkulasi uang pangkal, SPP, atau biaya tahunan saja. Tapi banyak printilan lain yang musti diperhitungkan seperti

        a. Transport

Uang transport kadang terlewatkan dari perhitungan orang tua. Untuk sekolah yang dekat rumah, biaya transport bisa dihitung ongkos bensin tiap bulan. Atau jika sekolah swasta yang memiliki fasilitas antar jemput, pasti ada lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk fasilitas ini.

       b. Biaya sosial

Ini juga biasanya tak masuk itungan. Biaya sosial atau Social cost ini bisa berupa biaya kado teman ultah, biaya nongkrong ibu-ibunya yang kebetulan nganter anak, biaya pulsa kalau anaknya udah dipegangin hp, uang jajan anak, atau uang makan yang telah disediakan sekolah. Nah, biaya ini akan semakin besar sesuai sekolah mana yang dipilih. Sekolah negeri atau sekolah swasta pasti beda itungannya. Sudah pernah dengar kan cerita ibu-ibu yang biaya nongkrong sambil nungguin anak lebih besar dari uang SPP?!. Atau dana beli kado yang bisa jadi tiap bulan ada?! Apalagi di kota besar.

Biaya-biaya ini akan sangat nyata ketika tinggal di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Biaya juga akan berbeda lagi kalau memilih sekolah swasta, sekolah bertaraf internasional atau sekolah berbasis agama seperti sekolah islam terpadu atau semacamnya. Jadi, ini gak boleh disepelekan  ya bu.

Masih sanggup baca buk? Lanjut….

       c. Biaya di luar sekolah

Untuk memilih sekolah, kita juga harus teliti kata mbak Indah. Apakah biaya yang dikeluarkan sudah mencakup les ini itu. seperti les Bahasa inggris atau les mapel lain yang dirasa kurang dikuasai anak. Atau les pengembangan bakat sesuai keinginan anak. Jika tidak ada, apakah kita akan menambahkan les ini itu diluar jam sekolah. Nah, ini juga perlu dipertimbangkan.

Kalau sudah ketemu berapa dana yang akan dikeluarkan, jangan lupa memperhitungan inflasi. Jouska biasanya merekomendasikan inflasi pada range 10%-15% per tahun. Jadi tinggal kalikan saja ya bu, biar tahu kapan dan besaran dana yang harus disiapkan.

3. Sumber dana

Setelah tahu besaran dana yang diperlukan, langkah selanjutnya menentukan sumber dana. Duit dari mana saja yang akan dialokasikan ke dana pendidikan. Bisa dari bonus tahunan, atau gaji bulanan bagi pekerja kantoran. Bisa juga dana dari usaha sampingan. Untuk besarannya bergantung pada cash flow keuangan masing-masing keluarga.

Perhitungan di atas sangat relate sekali menurut saya. Ini bisa dipakai buat hitung tiap jenjang kenaikan sekolah anak. SD, SMP, SMA, Kuliah. Jangan lupa kalikan dengan angka inflasi ya buibu, biar dag dig dug-ya sekarang. nanti, insyaAllah sudah lebih siap.

Nah, kalau buibu sudah sampai tahap mana?! saya masih tahap nyiapin bu, belum ngitung hehehe… tulisan ini sebagai pengingat biar gak lupa sama ilmu yang sudah didapat. Tetep semangat ya bu, semoga dilancarkan rizqinya buat anak-anak amin…

Feel free to share di kolom komentar tentang menyiapkan dana pendidikan yang udah buibu terapin selama ini. yuk ah.

Tips mengelola dana THR

4 komentar




Lebaran tinggal menghitung hari. Udah pada belanja persiapan lebaran?! Beli tiket mudik?! Atau bikin to do list buat pos-pos uang THR (Tunjangan Hari Raya)?! Pernah gak sih setelah menerima dana THR tiba-tiba gak sampe semingguan, udah habis tak bersisa?! Saya!! paling kenceng hahaha... Bisa jadi ada yang salah dengan pengelolaan uang THR kita eh saya selama ini.

Tunjangan Hari Raya merupakan uang tambahan diluar gaji yang diberikan menjelang Idul Fitri dari perusahaan. Biasanya diberikan dua minggu sebelum lebaran. Besaranya bisa satu kali gaji bulanan. Ada juga yang dua kali. Tergantung masa kerja dan kebijakan perusahaan. Ini untuk perusahaan swasta seperti suami saya.

Nah, kebetulan, awal bulan Mei, saya nemu webinar gratis dari @mrdiy.indonesia. Mumpung gratis yakan, ambil aja. Apalagi sangat buibu rumah tangga friendly.  Maksudnya, bisa ikut dari rumah via facebook live. Bekerja sama dengan Orami, mrdiy. indonesia mengangkat tema cara pintar mengatur keuangan rumah tangga. Pembicaranya langsung dari head of community @Orami_id, mbak Bunga Mega.


Ada banyak penjelasan mengenai pengelolaan rumah tangga. Mulai macam-macam investasi sampai tips memilih jenis investasi. Tunggu tulisan saya tentang ini ya. Terkait investasi untuk ibu rumah tangga. Kali ini tips THR dulu aja soalnya udah mau deket hari H.

Seneng banget denger penjelasan mbak Bunga. Istilah yang dipakai sederhana, gak perlu googling dulu. Apalagi buat buibu macam saya.

Sebenarnya ini sangat relate dengan kebiasaan lebaran-lebaran sebelumnya. Biasanya saya dan paksu let it flow aja untuk biaya lebaran. Mulai ongkos mudik, beli perlengkapan lebaran, sampai angpau. Jadi kadang dana THR tinggal puing-puing berdebu. Soalnya gak ada planning sama sekali. Intinya, duit THR ya buat lebaran. Kan judulnya Tunjangan Hari Raya, jadi ‘all out’ buat Idul Fitri. Duh!

Nah, gak mau dong kejadian yang sama. Apalagi, tahun ini lebaran ada di awal bulan. Artinya, THR bisa jadi masuk bebarengan dengan gaji bulanan. Wah, jangan sampai kecampur aduk nih. Bisa ngos ngosan habis lebaran.

Jadi, apa sih kira-kira tips mengelola dana THR dari mbak Bunga Mega ini?!


1. Pisahkan 30% dari dana THR untuk ditabung

Sebelum memasukkan pos-pos kebutuhan lebaran. Ada baiknya kita sisihkan dulu 30% dana THR untuk ditabung. Ini sebenarnya juga berguna agar kita gak lost control saat lebaran. Tau kan, beli ina inu yang seharusnya bisa ditahan, jadi agak tak terkendali waktu lihat marketplace dengan diskon dan cashback. Tahan pemirsa. Sebisa mungkin sisihkan dulu. Anggap uang hilang. Baru hitung sisanya untuk keperluan selama lebaran.

2. Bayar zakat/infaq

Ini jangan sampai lupa. Kewajiban bayar zakat dan infaq masuk todo list pengeluaran lebaran yang gak bisa di skip. Apalagi zakat fitrah. Bisa dibayarkan mulai awal puasa sampai malam takbir Idul Fitri. Tapi, jika ingin membayar di waktu yang disarankan, sebaiknya pada saat matahari terbenam bersamaan dengan malam takbir Idul Fitri.

3. Prioritaskan yang penting untuk kebutuhan hari raya

Membuat prioritas pengeluaran lebaran itu susah susah sulit. Kayaknya semua berasa penting dan dibutuhkan. Makanya ini butuh komunikasi berdua dengan suami. Biar bisa saling mengingatkan.
Ongkos mudik misalkan. Kata mbak bunga mega, jangan sampai kita bisa pulang tapi gak bisa balik lagi gara-gara salah prediksi keuangan hahaha. Yakali gak bisa balik. Bikin detail list tentang pengeluaran yang pasti dilakukan. Seperti dana untuk orang tua misalnya. Transport selama lebaran, atau wisata kuliner di kota kelahiran. Biasanya sih bisa kalap klo lagi berburu makanan khas.

4. Manfaatkan diskon untuk membeli barang-barang hari raya

Wah ini yang menyenangkan hehe. Diskon dan cashback pasti bertaburan di marketplace atau oline shop yang bikin big sale. Tapi ingat. Tentukan prioritas, bukan keinginan semata. Bisa-bisa beli barang yang sebenarnya gak butuh-butuh amat, dan berakhir gak digunakan saat lebaran. Pembelian ini berlaku untuk barang-barang yang masuk catatan. Ini akan menekan ongkos kebutuhan lebaran. Apalagi ada cashbacknya hihihi.

Nah segitu tadi penjelasan mbak bunga mega tentang tips mengelola dana THR. Selamat berpuasa dan berlebaran dengan asik ya buibu. Kalau buibu udah punya planning apa nih?! Sharing yuk,,,